responsive1.txt

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday 29 April 2014

Manusia Dan Kebudayaan

Manusia Dan Kebudayaan
1. Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
2. Hakekat Manusia
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
  • Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
  • Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
  • yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
  • Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
  • Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
  • Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
  • Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
  • Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
3. Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat tepo seliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
4. Unsur-unsur Kebudayaan
suatu kebudayaan tidak akan pernah ada tanpa adanya beberapa sistem yang mendukung terbentuknya suatu kebudayaan, sistem ini kemudian disebut sebagai unsur yang membentuk sebuah budaya, mulai dari bahasa, pengetahuan, tekhnologi dan lain lain. semua itu adalah faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap kebudayaan untuk menunjukkan eksistensi mereka.
  • Bahasa : yaitu suatu sistem perlambangan yang secara arbitrel dibentuk atas unsur – unsur bunyi ucapan manusia yang digunakan sebagai gagasan sarana interaksi
  • Sistem pengetahuan : yaitu semua hal yang diketahui manusia dalam suatu kebudayaan mengenai lingkungan alam maupun sosialnya menurut azas – azas susunan tertentu
  • Organisasi sosial : yaitu keseluruhan sistem yang mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dan merupakan salah satu dari unsur kebudayaan universal
  • Sistem peralatan hidup dan tekhnologi : yaitu rangkaian konsep serta aktivitas mengenai pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan sarana hidup manusia dalam kebudayaannya
  • Sistem mata pencarian hidup : yaitu rangkaian aktivitas masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam konteks kebudayaan
  • Kesenian : yaitu suatu sistem keindahan yang didapatkan dari hasil kebudayaan serta memiliki nilai dan makna yang mendukung eksistensi kebudayaan tersebut
  • Sistem religi : yaitu rangkaian keyakinan mengenai alam gaib, aktivitas upacaranya serta sarana yang berfungsi melaksanakan komunikasi manusia dengan kekuatan alam gaib
5. Orientasi Kebudayaan
Marilah kita menyadari, kebudayaan bukanlah kreasionisme. Kebudayaan melakukan banyak penyimpangan dari desain besar yang ingin mengendalikannya. Sudah saatnya menganggap selesai perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk terakhir kebudayaan Indonesia. Setiap orang secara potensial adalah pencipta kebudayaan (NIRWAN DEWANTO, Senjakala Kebudayaan, Yayasan Bentang Budaya 1996)
Dari pernyataan tersebut di atas, sesungguhnya kita sedang digugah untuk menyadari bahwa desain besar kebudayaan kita sedang dalam kondisi kritis. Sebagai contoh, kebudayaan tradisional yang agung (High Culture) telah terkalahkan oleh budaya modern (Dinamice Culture) yang didukung oleh sains dan teknologi. Kebudayaan yang mendunia (baca globalisasi) sekarang pun terbukti mengalami krisis karena telah gagal mensejahterakan masyarakat secara umum. Kebudayaan modern, meskipun telah banyak kemajuan di bidang sains dan teknologi, namun secara ekonomi hanya menguntungkan pihak tertentu saja, dalam hal ini kapitalislah yang diuntungkan sebagai produsen dan pemilik sumber kebudayaan modern yang cenderung mempengaruhi dan mengusai kebudayaan dunia.
Maka menjadi wajar kebudayaan modern melahirkan kebudayaan destrukrif misalnya berupa demonstrasi, bahkan anarkis menjadi bagian kebudayaan orang-orang yang merasa dirugikan (contoh : demo buruh dan karyawan menuntut perbaikan upah untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraannya). Kesejahteraan buruh sangat ditentukan oleh kepemilikan kapital (kebudayaan materialisme). Maka peran pemerintah sebagai penentu kebudayaan yang seharusnya mensejahterakan rakyat menjadi bergeser sebagai penjaga keamanan, ujung-ujungnya demi capital juga pemerintah melakukan represi dan penindasan kepada rakyat yang tidak menguntungkan kebijakannya. Pemerintah menjadi agen bagi pemilik modal raksasa (baca: ekonomi sebagai panglima), misalnya dalam kasus Freeport dan masyarakat Timika yang terbelakang pendidikannya.
Pendidikan Pasar
Paradigma kebudayaan modern telah menjadikan dunia spiritual termasuk seni dan agama cukup sebagai komoditi yang perlu diperhitungkan dengan nilai harga jualnya. Pendidikan mahal menjadi keniscayaan karena kebutuhan sarana dan prasarana menjadi penting, termasuk pula teknologi pendidikan menjadi ukuran kualitas lembaga pendidikan yang mendunia. Keberhasilan transformasi ilmu guru kepada murid juga diukur dari penguasaan peralatan mengajar yang digunakan gurunya.
”Globalisaasi”, Dulu notebook bermakna buku sekarang bermakna laptop, artinya teknologi telah mampu merubah makna kata dari pemahaman konsumennya. Pemahaman konsumen ternyata mudah dibentuk oleh produsen atau bahasa lokal telah dikalahkan oleh bahasa global. Dalam konteks kebudayaan, bahasa Indonesia telah tercerabut dari akarnya dan selanjutnya image kepada guru yang tidak menguasai teknologi dianggap ketinggalan, atau mungkin diragukan kemampuan mengajarnya. Maka sekolah atau lembaga pendidikan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk melatih guru-guru menggunakan teknologi modern.yang belum tentu bisa, karena tidak memiliki perangkat sendiri yang mahal harganya. Apalagi guru-guru “tradisi” seperti Umar Bakri (simak lagu ciptaan Iwan Fals). Mungkin lebih tepat guru-guru melagukan Song theme “Hous For Sale” By Bule.
Kebudayaan Alternatif
Namun untuk kembali ke tradisi sudah tidak mungkin lagi, kecuali mencari pijakan kebudayaan pendidikan baru yang dinamis namun tidak bergantung pada biaya tinggi. Pembelian produk teknologi yang berkembang cepat dan menuntut konsumen untuk terus mengikuti, tentu saja berat kecuali Indonesia menjadi negara produsen teknologi tinggi. Untuk ini kita tidak bisa percaya pada ramalan para ahli globalisasi. Di dalam zaman kita ini, kenyataan bukanlah hal yang mudah ditangkap. Kenyataan adalah fragmentasi dari kebudayaan yang telah terbelah-belah oleh kekuatan ekonomi (mass culture). Dalam hal ini, selera pasar menjadi penting untuk diperhitungkan lagi. Kesejahteraan guru haruslah dilihat sebanding dan sejajar dengan pendapatan selebrities.Tujuan kebudayaan tak lain untuk kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia di mana saja dan sebagai apa saja. (Surat kepercayaan gelanggang 1960: Kami adalah pewaris sah kebudayaan dunia).
Sejuta Milyar Satuan
Kawan, peran apa yang kau berikan untuk mengisi kemerdeekaan ini?
Pernyataan puitis tersebut di atas, mempertegas bahwa posisi kebudayaan sesungguhnya berada pada diri kita masing-masing sebagai pelaku (seleksi terhadap pengaruh asing dalam lingkup “kebudayaan”). Kebudayaan saling-silang (baca kebudayaan tarik-ulur) lalu melahirkan kebudayaan post-modern yang muncul dan kemudian dianggap gagal karena merancukan keyakinan beragama bagi masyarakat (umat) penganutnya. Oleh karena itu, sebagai jawaban kita pasti bersepakat dengan Islam, misalnya ayat 136 surat Al Baqarah yang jelas menyatakan:
Katakanlah :”Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya (kami beriman) kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan kepada apa yang diberikan kepada para nabi dari tuhanNya. Kami tiada membeda-bedakan satu dari lainnya dari antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Allah”.
6. Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman (dalam Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  1. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak ; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat . Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  2. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi , mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang ber- dasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret , terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  3. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non- material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
7.  Perubahan Kebudayaan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh :                  
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
Mendorong perubahan kebudayaan
  • Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
  • Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
  • Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Menghambat perubahan kebudayaan
  • Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti :adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
  • Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.
  • Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
Faktor intern
  • Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
  • Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
  • Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
  • Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
Faktor ekstern
  • Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
  • Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
  • Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
8. Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Contoh Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita  lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis  baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis)[2]. Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur  bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan[3]. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel[4]. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
3 tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
  • Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
  • Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
  • Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
sumber :
http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html

Tuesday 1 April 2014

Manusia dan harapan

                                                               Asep Sopian Sauri
51413433
1IA06

 

Manusia dan harapan



Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia tanpa harapan,berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman,lingkungan hidup dan kemampuan. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, tidak mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orangitu seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapannya terwujud, maka selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau tidak boleh bosan berdoa.Hal ini disebabkan karena antara harapan dan kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan juga pasti mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME. Karena itu wajarlah kalau harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil seni seperti: seni sastra, senipatung, seni film, seni lukis, seni musik, filsafat yang lahir darikan dungan harapan dan kepercayaan.Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan diutamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatuharapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai harapan.Dengan terbahasnya masalah kehidupan manusia ini,diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga mempunyai persepsi, penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia yang tertuang dalam hasil budaya.Dengan melalui hasil budaya bangsa diharapkan pula kita akandapat memahami dan menghayati tingkah laku, norma-norma sosialdan nilai-nilai yang terkandung dalam hasil budaya itu, sehingga kitaakan lebih manusiawi sebagai salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya.


Ø  Masalah
Ø  Apa pengertian harapan?
Ø  Apa hubungan antara manusia dan harapan?
Ø  Apa sebab manusia memiliki harapan?
Ø  Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan?
Ø  Apa perbedaan harapan dan cita-cita?




Ø  Tujuan
Ø  Menjelaskan pengertian harapan
Ø  Menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan
Ø  Menjelaskan penyebab manusia memiliki harapan
Ø  Menjelaskan hubungan antara harapan dan kepercayaan
Ø  Menjelaskan perbedaan harapan dan cita-cita
 Pengertian Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akanbebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umum nyaharapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.Harapan berasal dari kata harap, artinya supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan,yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa.Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepadadiri sendiri,kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepadaTuhan.Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin dengan harapan di dalam ujian semester memperoleh nilai A. Hal itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadiuntuk mewujudkan harapan itu harus disertai usaha yang sesuaidengan apa yang diharapkan. Tetapi meskipun sudah berusaha keras, kadang-kadang harapan itu belum tebtu terwujud.Selama masih hidup, semua orang selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang yang gagal dalam meraih apa yang diharapkan akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam hidupnya.Ketidak seimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa, selalu termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya itu dianggap sebagai pengalaman,sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki lebih lanjut.Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengancara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya, misalnya:
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental.Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang.Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbedadengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu caraterapi/proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
           
Manusia dan Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita,keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, menusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakukan atauditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapkan itu adalah hasil jerih payahdirinya dan bantuan kekuatan lain. Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentris, berbeda dengan keinginan yang menurut kodratnyabersifat egosentris, usahanya ialah memiliki (Gabriel Marcel, 1889-1973). Harapan tertuju kepada “Engkau”, sedangkan keinginankepada „Aku”. Harapan ditujukan kepada orang lain atau kepada Tuhan. Keinginan itu untuk kepentingan dirinya, meskipunpemenuhan keinginan itu melalui pemenuhan keinginan orang lain.Misalnya melakukan perbuatan sedekah kepada orang lain; oranglain terpenuhi keinginannya, yaitu kebahagian sewaktu berbuat baikkepada orang lain.Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatuyang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapatdianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi bakalmuncul. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya.Orang yang wawasan pikirannya luas, harapannya pun akan luas.Demikian pula orang yang wawasan pikirannya sempit, maka akansempit pula harapannya.Besar-kecilnya harapan sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau tidaknya wawasan berpikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar-kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat,jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang kepribadiannya lemah. Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif dan seefisien mungkin sehingga tidak merugikan bagi dirinya tau bagi orang lain, untuk masa kini atau untuk masadepan, bagi masa di dunia atau masa di akherat kelak.Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akanmempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa. Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapanperlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a. Harapan apa yang baik
b. Bagaimana mencapai harapan itu
c. Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan”manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hariini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Sebab Manusia Memiliki Harapan Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiaplahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup,yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya.Tak ada satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu: dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
 Dorongon KodratKodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiahyang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya: menangis, bergembira,berpikir, bercinta, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyaikeinginan atau harapan. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak dengan harapan agar terhibur. Sangpelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Jika penonton tidak tertawa, berarti harapannya gagaldalam menghibur penonton.Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan,berkembang biak dan mati. Kodrat manusia mirip dengan kodrat binatang, tetapi biar bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal,kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapatdipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat,kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul,hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan. Dorongan Kebutuhan HidupSudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyaibermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itupada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.Kebutuhan jasmaniah, misalnya; makan, minum, pakaian,rumah. (sandang, pangan dan papan). Sedangkan kebutuhan rohaniah, misalnya: kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan,hiburan dan ketenangan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerjasama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik (jasmaniah) maupun kemampuan berpikimya. Kalaupun ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan, maka hal tersebut hanya berlaku dalam satudua bidang tertentu. Tak seorang pun mampu dalam segala hal,trampil dalam segala hal, atau berbakat dalam segala hal.Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidupitu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnyaharapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu,Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapanmanusia, yaitu :
a. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
b. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
c. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dandicintai (being loving and love)
d. Harapan memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan(status)
e. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
 Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukankarena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dariorang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karenaa orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itudapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari oranglain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makinbesar kepercayaan.Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan - langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu adayang melebihi besarnya . Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
·         Kepercayaan Pada Diri SendiriKepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiappribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnyapercaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada dirisendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan ataudipercayakan kepadanya.
·         Kepercayaan Kepada Orang LainPercaya kepada orang lain itu dapat berupa percayakepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percayaternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan katahati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi,orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidakterdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
·         Kepercayaan Kepada PemerintahBerdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafattingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasaldari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpinbangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilikkedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan.Semua mengemban kewibawaan, terutama pengembantertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan olehTuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalahdari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalahnegara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunyarealitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu)tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat,negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada,kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebutnegara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialahnegara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanyamempunyai kewajiban (negara diktator).Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratisataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karenaTuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalaumanusia sebagai warga negara percaya kepadanegara/pemerintah.
·         Kepercayaan Kepada Tuhan Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amatpenting, karena keberadaan manusia itu bukan dengansendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berartikeyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan ituamat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. BagaimanaTuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidakmempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak adatali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Olehkarena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongandari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebabTuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan ataupengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yangmenciptakan alam semesta seisinya merupakankonsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukanpemujaan kepada zat tersebut.
Harapan dan Cita-Cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan danjuga di berikan batas waktu. Jadi jika kita bermimpi untuk menjadiseorang yang sukses, dokter, insinyur, arsitek, manager suatuperusahaan, atau mungkin presiden, kita harus berusaha dengansungguh-sungguh. Semua itu harus di sertai dengan tindakan, bukanhanya berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktusehingga kita punya timeline kapan hal tersebut bisa diwujudkan.Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun bukuuntuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memangbenar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup akanmembuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapaikehidupan yang lebih baik di dunia.Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melaluikerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dansebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis danbersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untukmenghayal yang tidak-tidak.Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail danfanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai.Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika diatidak masuk jurusan IPA dia stress, lalu gagal tes masuk jurusankedokteran dia stress, dan seterusnya.Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisamenentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yangberguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yangberkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membacaatau melihat film motivasi hidup. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandungpengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnyaperlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapatpersamaan, yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belumterwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orangmenginginkan hal yang lebih baik atau meningkat. Harapan dan DoaOrang yang berdoa bukan hanya sekadar sadar bahwakekuatannya lemah, tetapi ada unsure keyakinan bahwa berdoa itumerupakan kewajiban. “Dan berfirman Tuhan kamu: Berdoalah kamukepada-Ku. Juga Aku akan mengabulkan doamu” (QS. Gafir: 60).“Maka wajib atas kamu berdoa” (H.R. Turmidzi).Hal lain yang menyebabkan harapan disertai doa ialah karenakesadaran bahwa manusia itu lemah (QS. An-Nisa: 28). Kelemahanmanusia itu, dilukiskan sebagai berikut.a. Manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian; hal yang pentingbagi keamanan dan kesejahteraan manusia berada di luarjangkauannya. Dengan kata lain, manusia ditandai olehketidakpastian.b. Terbatasnya kesanggupan manusia untuk mengendalikan danuntuk mempengaruhi kondisi hidupnya. Pada titik tertentu,kondisi manusia ada dalam kaitan konflik antara keinginan dancita-cita dengan lingkungannya, yang ditandai olehketidakberdayaan.c. Manusia hidup bermasyarakat, yang ditandai dengan adanyaalokasi teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, pembagian kerja,produksi, dan ganjaran. Manusia membutuhkan kondisiimperative (keterpaksaan), yaitu adanya suatu tingkatsuperordinasi atau subordinasi atau berbagai aturan dalamhubungan manusia. Kemudian masyarakat berada di tengah-tengah kondisikelangkaan, yang menyebabkan adanya perbedaan distribusi barangdan nilai. Dengan demikian timbullah deprivasi (perampasan) yangsifatnya relative.Dalam konteks “ketidakpastian” manusia ditunjukkan kenyataansemua usaha manusia bahwa, betapa pun ia merencanakan denganbaik dan melaksanakannya dengan seksama, ia tetap tidak terlepasdari kekecewaan. Dalam usahanya, manusia melibatkan emosi yangtinggi sehinggi kekecewaan ini akan membawa luka yang dalam.Dalam dunia teknologi modern pun, yang penuh denganperhitungan, keberuntungan tetap merupakan suatu berkat dariketidakpastian.Dalam konteks “ketidakmungkinan” ditunjukkan bahwa semuakeinginan tidak dapat terkabul. Kematian, penderitaan, kecelakaan,dan seterusnya, itu semua menandai eksistensi manusia.Pengalaman manusia dalam konteks “ketidakmungkinan”membawanya ke luar dari situasi perilaku sosial dan batasan culturaldari tujuan dan norma sehari-hari. Resep-resep sosial dan kulturaltidak memiliki kelengkapan total sebagai penyediaan “mekanisme”penyesuaian. Kedua hal ini menghadapkan manusia pada kondisi“titik kritis” dengan lingkungan perilaku sehari-hari yang berstruktur.Maka dari semua peristiwa ini, yang ada hanya “doa dan harapan”.Doa dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubunganantara manusia dengan Tuhannya dan antara manusia denganmanusia. Proses hubungan ini lebih lanjut dapat diartikan memohonpertolongan, mengingat, meminta perlindungan, mendekatkan diri(silahturami dengan manusia, taqarrub dengan Tuhan).3.3 Harapan TerakhirDalam hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yangberagam baik itu masalah positif maupun negative. Untukmenghadapi persoalan hidup tersebut manusia perlu belajar dari manusia lainnya baik formal maupun informal agar memilikikehidupan yang sejahtera menurut Aristoteles, hidup dan kehidupanitu berasal dari generation spontanea, yang berarti kehidupan ituterjadi dengan sendirinya. Kebutuhan manusia terbagi ataskebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Ada yang dalampandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawinamun juga ada yang sebaliknya. Terkait dengan tingkat kesadarankehidupan beragama, manusia akan semakin yakin bahwa merekaakan mati. Dunia serba gemerlap hanya akan ditinggalkan dan akanhidup abadi di alam akhirat.Dengan pengetahuan serta pengertian agama tentang adanyakehidupan abadi di akhirat, manusia menjalankan ibadahnya. Ia akanmenjalankan perintah Tuhan melalui agama, serta menjauhkan diridari larangan yang diberikan-Nya. Manusia menjalankan hal itukarena sadar sebagai makhluk yang tidak berdaya di hadapanTuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkannyademi kehidupan yang abadi di akherat karena tahu bagaimanaberatnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga.Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapanterakhir manusia.
Kesimpulan Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supayasesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud.Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang matisebelum waktunya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yanghendak kita raih dan terpampang di muka. Hampir sama denganvisi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaanyang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hiduptanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnyadia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di mulut sajatetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah kecenderungan batinuntuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatumenjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kitaberpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraihsesuatu yang lebih baik.Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatanuntuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkanjalan keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yanglebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagaiperlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderungpasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif.Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul denganmanusia lain, yaitu: dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.Dalam setiap harapan juga terdapat yang namanyakepercayaan, baik itu percaya terhadap diri sendiri, orang lain,pemerintah, atau Tuhan, karena kepercayaan dapat membantu kitauntuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akanmempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yangbesar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa. SaranDalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyaiharapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapantersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidupkita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus memberikandorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaikdalam setiap pekerjaan.Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaankepada Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang,diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengantetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidakmerugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mentalkita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidakmembuat kita putus asa untuk terus mencoba.




                                               










DAFTAR PUSTAKA
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 1989.Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Offset.1988.http://gegehare.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-bab-9-manusia-dan.htmlhttp://ibdjk.blogspot.com/2013/01/makna-harapan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Harapanhttp://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.htmlhttp://skyrider27.blogspot.com/2010/06/manusia-dan-harapan.html