|
Manusia
dan harapan
Setiap manusia
mempunyai harapan. Manusia tanpa harapan,berarti manusia itu mati dalam hidup.
Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa
pesan-pesan kepada ahli warisnya.Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan,
pengalaman,lingkungan hidup dan kemampuan. Misalnya, Budi yang hanya mampu
membeli sepeda, tidak mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang
yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang
banyak, atau orangitu seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.Harapan
harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapannya terwujud, maka selain
berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau tidak boleh bosan
berdoa.Hal ini disebabkan karena antara harapan dan kepercayaan itu tidak dapat
dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia. Tiap
manusia mempunyai harapan dan juga pasti mempunyai kepercayaan kepada Tuhan
YME. Karena itu wajarlah kalau harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas
seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil seni seperti: seni sastra,
senipatung, seni film, seni lukis, seni musik, filsafat yang lahir darikan dungan
harapan dan kepercayaan.Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan
diutamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatuharapan itu tergantung dari usaha
orang yang mempunyai harapan.Dengan terbahasnya masalah kehidupan manusia
ini,diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga mempunyai
persepsi, penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia
yang tertuang dalam hasil budaya.Dengan melalui hasil budaya bangsa diharapkan
pula kita akandapat memahami dan menghayati tingkah laku, norma-norma sosialdan
nilai-nilai yang terkandung dalam hasil budaya itu, sehingga kitaakan lebih
manusiawi sebagai salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya.
Ø Masalah
Ø Apa
pengertian harapan?
Ø Apa
hubungan antara manusia dan harapan?
Ø Apa
sebab manusia memiliki harapan?
Ø Apa
hubungan antara harapan dan kepercayaan?
Ø Apa
perbedaan harapan dan cita-cita?
Ø Tujuan
Ø Menjelaskan
pengertian harapan
Ø Menjelaskan
hubungan antara manusia dan harapan
Ø Menjelaskan
penyebab manusia memiliki harapan
Ø Menjelaskan
hubungan antara harapan dan kepercayaan
Ø Menjelaskan
perbedaan harapan dan cita-cita
Pengertian Harapan atau asa adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu
kejadian akanbebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umum nyaharapan
berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan
dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada
seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.Harapan berasal dari
kata harap, artinya supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang
belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan,yang
sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan
itu hati. Putus harapan berarti putus asa.Dan agar harapan dapat dicapai,
memerlukan kepercayaan kepadadiri sendiri,kepercayaan kepada orang lain dan
kepercayaan kepadaTuhan.Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin dengan
harapan di dalam ujian semester memperoleh nilai A. Hal itu dilakukan dengan
keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadiuntuk mewujudkan harapan
itu harus disertai usaha yang sesuaidengan apa yang diharapkan. Tetapi meskipun
sudah berusaha keras, kadang-kadang harapan itu belum tebtu terwujud.Selama
masih hidup, semua orang selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang
yang gagal dalam meraih apa yang diharapkan akan menimbulkan ketidak seimbangan
dalam hidupnya.Ketidak seimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang
dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa, selalu
termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya itu
dianggap sebagai pengalaman,sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki
lebih lanjut.Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya,
baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengancara yang dilarang oleh norma-norma
agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya, misalnya:
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak
adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan
mental.Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang.Beberapa pendapat
menyatakan bahwa esensi harapan berbedadengan "berpikir positif" yang
merupakan salah satu caraterapi/proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal
"pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".Kalimat lain
"harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki
dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi
nyata sangatlah kecil.
Manusia
dan Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita,keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang
terjadi dan diharapkan, menusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di
luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakukan
atauditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapkan itu adalah hasil jerih
payahdirinya dan bantuan kekuatan lain. Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentris,
berbeda dengan keinginan yang menurut kodratnyabersifat egosentris, usahanya
ialah memiliki (Gabriel Marcel, 1889-1973). Harapan tertuju kepada “Engkau”,
sedangkan keinginankepada „Aku”. Harapan ditujukan kepada orang lain atau
kepada Tuhan. Keinginan itu untuk kepentingan dirinya, meskipunpemenuhan
keinginan itu melalui pemenuhan keinginan orang lain.Misalnya melakukan
perbuatan sedekah kepada orang lain; oranglain terpenuhi keinginannya, yaitu
kebahagian sewaktu berbuat baikkepada orang lain.Menurut macamnya ada harapan
yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis
artinya sesuatuyang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang
dapatdianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi bakalmuncul.
Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.Harapan
itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh
dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda
kadarnya.Orang yang wawasan pikirannya luas, harapannya pun akan luas.Demikian
pula orang yang wawasan pikirannya sempit, maka akansempit pula
harapannya.Besar-kecilnya harapan sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau
tidaknya wawasan berpikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat
menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar-kecilnya harapan tersebut.
Bila kepribadian seseorang kuat,jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan
orang yang kepribadiannya lemah. Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan
seefektif dan seefisien mungkin sehingga tidak merugikan bagi dirinya tau bagi
orang lain, untuk masa kini atau untuk masadepan, bagi masa di dunia atau masa
di akherat kelak.Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha
ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akanmempunyai harapan
yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang,
biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa. Harapan itu bersifat
manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral,
untuk mewujudkan harapanperlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a.
Harapan apa yang baik
b.
Bagaimana mencapai harapan itu
c.
Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Jika
manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat
juga, maka sudah selayaknya “harapan”manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara
dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada
hariini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.
Sebab Manusia Memiliki Harapan Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk
sosial. Setiaplahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan
hidup,yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya.Tak ada
satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah manusia lain itulah
seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan
spiritualnya.Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia
lain, yaitu: dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongon KodratKodrat ialah sifat, keadaan,
atau pembawaan alamiahyang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan
oleh Tuhan. Misalnya: menangis, bergembira,berpikir, bercinta, berjalan,
berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan
untuk itu semua.Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyaikeinginan atau
harapan. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak dengan harapan
agar terhibur. Sangpelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa
terbahak-bahak. Jika penonton tidak tertawa, berarti harapannya gagaldalam
menghibur penonton.Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan,
karena binatang dan tumbuhan perlu makan,berkembang biak dan mati. Kodrat
manusia mirip dengan kodrat binatang, tetapi biar bagaimanapun juga besar
sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia
memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal,kemampuan untuk memilih. Kedua hal
tersebut tidak dapatdipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui
lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan budinya manusia dapat mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan
dengan kehendaknya manusia dapat memilih.Dalam diri manusia masing-masing sudah
terjelma sifat,kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul,hidup
bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka
manusia mempunyai harapan. Dorongan Kebutuhan HidupSudah menjadi kodrat bahwa
manusia mempunyaibermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itupada garis
besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.Kebutuhan
jasmaniah, misalnya; makan, minum, pakaian,rumah. (sandang, pangan dan papan).
Sedangkan kebutuhan rohaniah, misalnya: kebahagiaan, kepuasan,
keberhasilan,hiburan dan ketenangan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia
harus bekerjasama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia
sangat terbatas, baik kemampuan fisik (jasmaniah) maupun kemampuan berpikimya.
Kalaupun ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan, maka hal tersebut hanya
berlaku dalam satudua bidang tertentu. Tak seorang pun mampu dalam segala
hal,trampil dalam segala hal, atau berbakat dalam segala hal.Dengan adanya
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidupitu maka manusia mempunyai harapan,
karena pada hakekatnyaharapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu,Abraham Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu
merupakan lima harapanmanusia, yaitu :
a.
Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
b.
Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
c. Harapan untuk
memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dandicintai (being loving and love)
d.
Harapan memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan(status)
e.
Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya
mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.maka jelaslah kepada kita, bahwa
dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki
seseorang, bukankarena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima
dariorang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu
disebabkan karenaa orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi
masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itudapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari oranglain atas kewibawaannya itu disebut
kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu
makinbesar kepercayaan.Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan
artinya diberitahukan oleh Tuhan - langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Kewibawaan pemberi kebenaran itu adayang melebihi besarnya . Kepercayaan dalam
agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas
keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan. Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Kepercayaan dan Usaha
Meningkatkannya Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah
manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
·
Kepercayaan Pada Diri SendiriKepercayaan
pada diri sendiri itu ditanamkan setiappribadi manusia. Percaya pada diri
sendiri pada hakekatnyapercaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada
dirisendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,dirinya mampu
mengerjakan yang diserahkan ataudipercayakan kepadanya.
·
Kepercayaan Kepada Orang LainPercaya
kepada orang lain itu dapat berupa percayakepada saudara, orang tua, guru, atau
siapa saja.Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percayaternadap kata
hatinya, perbuatan yang sesuai dengan katahati, atau terhadap kebenarannya. Ada
ucapan yang berbunyi,orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidakterdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
·
Kepercayaan Kepada PemerintahBerdasarkan
pandangan teokratis menurut etika, filsafattingkah laku karya Prof.Ir,
Poedjawiyatna, negara itu berasaldari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan
memimpinbangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilikkedaulatan
sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan.Semua mengemban kewibawaan, terutama
pengembantertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan olehTuhan, sebab
langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).Pandangan demokratis mengatakan
bahwa kedaulatan adalahdari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalahnegara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunyarealitas adalah
negara). Manusia sebagai seorang (individu)tak berarti. Orang. mempunyai arti
hanya dalam masyarakat,negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang
ada,kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebutnegara totaliter.
satu-satunya yang mempunyai hak ialahnegara; manusia perorangan tidak mempunyai
hak, ia hanyamempunyai kewajiban (negara diktator).Jelaslah bagi kita, baik
teori atau pandangan teokratisataupun demokratis negara atau pemerintah itu
benar, karenaTuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalaumanusia
sebagai warga negara percaya kepadanegara/pemerintah.
·
Kepercayaan Kepada Tuhan Kepercayaan
kepada Tuhan yang maha kuasa itu amatpenting, karena keberadaan manusia itu
bukan dengansendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan
berartikeyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan ituamat penting,
karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. BagaimanaTuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidakmempunyai
kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak adatali penghubung yang mengalirkan
daya kekuatannya. Olehkarena itu jika manusia berusaha agar mendapat
pertolongandari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebabTuhanlah yang
selalu menyertai manusia. Kepercayaan ataupengakuan akan adanya zat yang maha
tinggi yangmenciptakan alam semesta seisinya merupakankonsekuensinya tiap-tiap
umat beragama dalam melakukanpemujaan kepada zat tersebut.
Harapan dan Cita-Cita
merupakan Impian yang disertai dengan tindakan danjuga di berikan batas waktu.
Jadi jika kita bermimpi untuk menjadiseorang yang sukses, dokter, insinyur,
arsitek, manager suatuperusahaan, atau mungkin presiden, kita harus berusaha
dengansungguh-sungguh. Semua itu harus di sertai dengan tindakan, bukanhanya
berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktusehingga kita
punya timeline kapan hal tersebut bisa diwujudkan.Dari kecil kita pasti
dinasehati oleh orangtua, guru ataupun bukuuntuk menggantungkan cita-cita
setinggi langit. Semua itu memangbenar karena dengan adanya cita-cita atau
impian dalam hidup akanmembuat kita semangat dan bekerja keras untuk
menggapaikehidupan yang lebih baik di dunia.Cita-cita yang baik adalah
cita-cita yang dapat dicapai melaluikerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan
orang lain dansebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis
danbersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untukmenghayal yang
tidak-tidak.Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail
danfanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai.Contoh
adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika diatidak masuk
jurusan IPA dia stress, lalu gagal tes masuk jurusankedokteran dia stress, dan
seterusnya.Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak
bisamenentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yangberguna
dan dicintai orang banyak dengan hidup yangberkecukupan. Untuk mendapatkan
motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain
atau membacaatau melihat film motivasi hidup. Bila dibandingkan dengan
cita-cita, maka harapan mengandungpengertian tidak terlalu muluk, sedangkan
cita-cita pada umumnyaperlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita
terdapatpersamaan, yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belumterwujud,
pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orangmenginginkan hal yang lebih
baik atau meningkat. Harapan dan DoaOrang yang berdoa bukan hanya sekadar sadar
bahwakekuatannya lemah, tetapi ada unsure keyakinan bahwa berdoa itumerupakan
kewajiban. “Dan berfirman Tuhan kamu: Berdoalah kamukepada-Ku. Juga Aku akan
mengabulkan doamu” (QS. Gafir: 60).“Maka wajib atas kamu berdoa” (H.R.
Turmidzi).Hal lain yang menyebabkan harapan disertai doa ialah karenakesadaran
bahwa manusia itu lemah (QS. An-Nisa: 28). Kelemahanmanusia itu, dilukiskan
sebagai berikut.a. Manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian; hal yang
pentingbagi keamanan dan kesejahteraan manusia berada di luarjangkauannya.
Dengan kata lain, manusia ditandai olehketidakpastian.b. Terbatasnya
kesanggupan manusia untuk mengendalikan danuntuk mempengaruhi kondisi hidupnya.
Pada titik tertentu,kondisi manusia ada dalam kaitan konflik antara keinginan
dancita-cita dengan lingkungannya, yang ditandai olehketidakberdayaan.c.
Manusia hidup bermasyarakat, yang ditandai dengan adanyaalokasi teratur dari
berbagai fungsi, fasilitas, pembagian kerja,produksi, dan ganjaran. Manusia
membutuhkan kondisiimperative (keterpaksaan), yaitu adanya suatu
tingkatsuperordinasi atau subordinasi atau berbagai aturan dalamhubungan
manusia. Kemudian masyarakat berada di tengah-tengah kondisikelangkaan, yang
menyebabkan adanya perbedaan distribusi barangdan nilai. Dengan demikian
timbullah deprivasi (perampasan) yangsifatnya relative.Dalam konteks
“ketidakpastian” manusia ditunjukkan kenyataansemua usaha manusia bahwa, betapa
pun ia merencanakan denganbaik dan melaksanakannya dengan seksama, ia tetap
tidak terlepasdari kekecewaan. Dalam usahanya, manusia melibatkan emosi
yangtinggi sehinggi kekecewaan ini akan membawa luka yang dalam.Dalam dunia
teknologi modern pun, yang penuh denganperhitungan, keberuntungan tetap
merupakan suatu berkat dariketidakpastian.Dalam konteks “ketidakmungkinan”
ditunjukkan bahwa semuakeinginan tidak dapat terkabul. Kematian, penderitaan,
kecelakaan,dan seterusnya, itu semua menandai eksistensi manusia.Pengalaman
manusia dalam konteks “ketidakmungkinan”membawanya ke luar dari situasi
perilaku sosial dan batasan culturaldari tujuan dan norma sehari-hari.
Resep-resep sosial dan kulturaltidak memiliki kelengkapan total sebagai
penyediaan “mekanisme”penyesuaian. Kedua hal ini menghadapkan manusia pada
kondisi“titik kritis” dengan lingkungan perilaku sehari-hari yang
berstruktur.Maka dari semua peristiwa ini, yang ada hanya “doa dan harapan”.Doa
dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubunganantara manusia dengan
Tuhannya dan antara manusia denganmanusia. Proses hubungan ini lebih lanjut
dapat diartikan memohonpertolongan, mengingat, meminta perlindungan,
mendekatkan diri(silahturami dengan manusia, taqarrub dengan Tuhan).3.3 Harapan
TerakhirDalam hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yangberagam
baik itu masalah positif maupun negative. Untukmenghadapi persoalan hidup tersebut
manusia perlu belajar dari manusia lainnya baik formal maupun informal agar
memilikikehidupan yang sejahtera menurut Aristoteles, hidup dan kehidupanitu
berasal dari generation spontanea, yang berarti kehidupan ituterjadi dengan
sendirinya. Kebutuhan manusia terbagi ataskebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani. Ada yang dalampandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan
duniawinamun juga ada yang sebaliknya. Terkait dengan tingkat
kesadarankehidupan beragama, manusia akan semakin yakin bahwa merekaakan mati.
Dunia serba gemerlap hanya akan ditinggalkan dan akanhidup abadi di alam
akhirat.Dengan pengetahuan serta pengertian agama tentang adanyakehidupan abadi
di akhirat, manusia menjalankan ibadahnya. Ia akanmenjalankan perintah Tuhan
melalui agama, serta menjauhkan diridari larangan yang diberikan-Nya. Manusia
menjalankan hal itukarena sadar sebagai makhluk yang tidak berdaya di
hadapanTuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkannyademi
kehidupan yang abadi di akherat karena tahu bagaimanaberatnya siksaan di neraka
dan bagaimana bahagianya di surga.Kebaikan di surga yang abadi inilah yang
merupakan harapanterakhir manusia.
Kesimpulan Harapan
berasal dari kata harap yaitu keinginan supayasesuatu terjadi atau sesuatu
terjadi atau suatu yang belum terwujud.Kata orang manusia tanpa harapan adalah
manusia yang matisebelum waktunya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu
yanghendak kita raih dan terpampang di muka. Hampir sama denganvisi walau dalam
spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaanyang kita buat sebagai sesuatu
yang hendak kita raih. Jadi hiduptanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan
tujuan.Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnyadia sudah
mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di mulut sajatetapi juga berangkat
dari usaha. Dia adalah kecenderungan batinuntuk membuat sebuah rencana aksi,
peristiwa, atau sesuatumenjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat
kitaberpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraihsesuatu yang
lebih baik.Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatanuntuk melawan
setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkanjalan keluar untuk setiap
masalah. Seolah kita punya kekuatan yanglebih untuk siap menghadapi resiko. Ini
kita sebut sebagaiperlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan
cenderungpasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif.Ada dua
hal yang mendorong manusia hidup bergaul denganmanusia lain, yaitu: dorongan
kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.Dalam setiap harapan juga terdapat yang
namanyakepercayaan, baik itu percaya terhadap diri sendiri, orang
lain,pemerintah, atau Tuhan, karena kepercayaan dapat membantu kitauntuk
mewujudkan apa yang kita inginkan. Harapan seseorang juga ditentukan oleh
kiprah usaha ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras
akanmempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yangbesar, tetapi
kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa.
SaranDalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyaiharapan, kita tidak
boleh menyerah untuk mewujudkan harapantersebut. Karena harapan dan keinginan
itu lah yang membuat hidupkita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus
memberikandorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaikdalam
setiap pekerjaan.Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap
kepercayaankepada Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang,diharapkan kita
dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengantetap berada dalam norma-norma
masyarakat yang berlaku dan tidakmerugikan orang lain. Selain itu juga untuk
mempersiapkan mentalkita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga
tidakmembuat kita putus asa untuk terus mencoba.
DAFTAR PUSTAKA
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya:
Usaha Nasional. 1989.Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika
Offset.1988.http://gegehare.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-bab-9-manusia-dan.htmlhttp://ibdjk.blogspot.com/2013/01/makna-harapan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Harapanhttp://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.htmlhttp://skyrider27.blogspot.com/2010/06/manusia-dan-harapan.html
0 komentar:
Post a Comment