responsive1.txt

Tuesday 1 April 2014

Manusia dan harapan

                                                               Asep Sopian Sauri
51413433
1IA06

 

Manusia dan harapan



Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia tanpa harapan,berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman,lingkungan hidup dan kemampuan. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, tidak mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orangitu seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapannya terwujud, maka selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau tidak boleh bosan berdoa.Hal ini disebabkan karena antara harapan dan kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan juga pasti mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME. Karena itu wajarlah kalau harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil seni seperti: seni sastra, senipatung, seni film, seni lukis, seni musik, filsafat yang lahir darikan dungan harapan dan kepercayaan.Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan diutamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatuharapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai harapan.Dengan terbahasnya masalah kehidupan manusia ini,diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga mempunyai persepsi, penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia yang tertuang dalam hasil budaya.Dengan melalui hasil budaya bangsa diharapkan pula kita akandapat memahami dan menghayati tingkah laku, norma-norma sosialdan nilai-nilai yang terkandung dalam hasil budaya itu, sehingga kitaakan lebih manusiawi sebagai salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya.


Ø  Masalah
Ø  Apa pengertian harapan?
Ø  Apa hubungan antara manusia dan harapan?
Ø  Apa sebab manusia memiliki harapan?
Ø  Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan?
Ø  Apa perbedaan harapan dan cita-cita?




Ø  Tujuan
Ø  Menjelaskan pengertian harapan
Ø  Menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan
Ø  Menjelaskan penyebab manusia memiliki harapan
Ø  Menjelaskan hubungan antara harapan dan kepercayaan
Ø  Menjelaskan perbedaan harapan dan cita-cita
 Pengertian Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akanbebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umum nyaharapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.Harapan berasal dari kata harap, artinya supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan,yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa.Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepadadiri sendiri,kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepadaTuhan.Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin dengan harapan di dalam ujian semester memperoleh nilai A. Hal itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadiuntuk mewujudkan harapan itu harus disertai usaha yang sesuaidengan apa yang diharapkan. Tetapi meskipun sudah berusaha keras, kadang-kadang harapan itu belum tebtu terwujud.Selama masih hidup, semua orang selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang yang gagal dalam meraih apa yang diharapkan akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam hidupnya.Ketidak seimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa, selalu termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya itu dianggap sebagai pengalaman,sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki lebih lanjut.Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengancara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya, misalnya:
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental.Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang.Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbedadengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu caraterapi/proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
           
Manusia dan Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita,keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, menusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakukan atauditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapkan itu adalah hasil jerih payahdirinya dan bantuan kekuatan lain. Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentris, berbeda dengan keinginan yang menurut kodratnyabersifat egosentris, usahanya ialah memiliki (Gabriel Marcel, 1889-1973). Harapan tertuju kepada “Engkau”, sedangkan keinginankepada „Aku”. Harapan ditujukan kepada orang lain atau kepada Tuhan. Keinginan itu untuk kepentingan dirinya, meskipunpemenuhan keinginan itu melalui pemenuhan keinginan orang lain.Misalnya melakukan perbuatan sedekah kepada orang lain; oranglain terpenuhi keinginannya, yaitu kebahagian sewaktu berbuat baikkepada orang lain.Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatuyang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapatdianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi bakalmuncul. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya.Orang yang wawasan pikirannya luas, harapannya pun akan luas.Demikian pula orang yang wawasan pikirannya sempit, maka akansempit pula harapannya.Besar-kecilnya harapan sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau tidaknya wawasan berpikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar-kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat,jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang kepribadiannya lemah. Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif dan seefisien mungkin sehingga tidak merugikan bagi dirinya tau bagi orang lain, untuk masa kini atau untuk masadepan, bagi masa di dunia atau masa di akherat kelak.Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akanmempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa. Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapanperlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a. Harapan apa yang baik
b. Bagaimana mencapai harapan itu
c. Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan”manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hariini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan. Sebab Manusia Memiliki Harapan Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiaplahir ke dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup,yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya.Tak ada satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu: dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
 Dorongon KodratKodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiahyang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya: menangis, bergembira,berpikir, bercinta, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyaikeinginan atau harapan. Seperti halnya orang yang menonton pertunjukan lawak dengan harapan agar terhibur. Sangpelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Jika penonton tidak tertawa, berarti harapannya gagaldalam menghibur penonton.Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan,berkembang biak dan mati. Kodrat manusia mirip dengan kodrat binatang, tetapi biar bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal,kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapatdipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat,kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul,hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan. Dorongan Kebutuhan HidupSudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyaibermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itupada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.Kebutuhan jasmaniah, misalnya; makan, minum, pakaian,rumah. (sandang, pangan dan papan). Sedangkan kebutuhan rohaniah, misalnya: kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan,hiburan dan ketenangan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerjasama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik (jasmaniah) maupun kemampuan berpikimya. Kalaupun ada orang yang mempunyai kelebihan kemampuan, maka hal tersebut hanya berlaku dalam satudua bidang tertentu. Tak seorang pun mampu dalam segala hal,trampil dalam segala hal, atau berbakat dalam segala hal.Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidupitu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnyaharapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu,Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapanmanusia, yaitu :
a. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
b. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
c. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dandicintai (being loving and love)
d. Harapan memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan(status)
e. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
 Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukankarena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dariorang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karenaa orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itudapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari oranglain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu makinbesar kepercayaan.Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan - langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu adayang melebihi besarnya . Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut keyakinan. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
·         Kepercayaan Pada Diri SendiriKepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiappribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnyapercaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada dirisendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan ataudipercayakan kepadanya.
·         Kepercayaan Kepada Orang LainPercaya kepada orang lain itu dapat berupa percayakepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percayaternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan katahati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi,orang itu dipercaya karena ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidakterdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
·         Kepercayaan Kepada PemerintahBerdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafattingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasaldari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpinbangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilikkedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan.Semua mengemban kewibawaan, terutama pengembantertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan olehTuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalahdari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalahnegara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunyarealitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu)tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat,negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada,kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebutnegara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialahnegara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanyamempunyai kewajiban (negara diktator).Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratisataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karenaTuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalaumanusia sebagai warga negara percaya kepadanegara/pemerintah.
·         Kepercayaan Kepada Tuhan Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amatpenting, karena keberadaan manusia itu bukan dengansendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berartikeyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan ituamat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. BagaimanaTuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidakmempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak adatali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Olehkarena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongandari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebabTuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan ataupengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yangmenciptakan alam semesta seisinya merupakankonsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukanpemujaan kepada zat tersebut.
Harapan dan Cita-Cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan danjuga di berikan batas waktu. Jadi jika kita bermimpi untuk menjadiseorang yang sukses, dokter, insinyur, arsitek, manager suatuperusahaan, atau mungkin presiden, kita harus berusaha dengansungguh-sungguh. Semua itu harus di sertai dengan tindakan, bukanhanya berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktusehingga kita punya timeline kapan hal tersebut bisa diwujudkan.Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun bukuuntuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memangbenar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup akanmembuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapaikehidupan yang lebih baik di dunia.Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melaluikerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dansebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis danbersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untukmenghayal yang tidak-tidak.Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail danfanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai.Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika diatidak masuk jurusan IPA dia stress, lalu gagal tes masuk jurusankedokteran dia stress, dan seterusnya.Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisamenentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yangberguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yangberkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membacaatau melihat film motivasi hidup. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandungpengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnyaperlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapatpersamaan, yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belumterwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orangmenginginkan hal yang lebih baik atau meningkat. Harapan dan DoaOrang yang berdoa bukan hanya sekadar sadar bahwakekuatannya lemah, tetapi ada unsure keyakinan bahwa berdoa itumerupakan kewajiban. “Dan berfirman Tuhan kamu: Berdoalah kamukepada-Ku. Juga Aku akan mengabulkan doamu” (QS. Gafir: 60).“Maka wajib atas kamu berdoa” (H.R. Turmidzi).Hal lain yang menyebabkan harapan disertai doa ialah karenakesadaran bahwa manusia itu lemah (QS. An-Nisa: 28). Kelemahanmanusia itu, dilukiskan sebagai berikut.a. Manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian; hal yang pentingbagi keamanan dan kesejahteraan manusia berada di luarjangkauannya. Dengan kata lain, manusia ditandai olehketidakpastian.b. Terbatasnya kesanggupan manusia untuk mengendalikan danuntuk mempengaruhi kondisi hidupnya. Pada titik tertentu,kondisi manusia ada dalam kaitan konflik antara keinginan dancita-cita dengan lingkungannya, yang ditandai olehketidakberdayaan.c. Manusia hidup bermasyarakat, yang ditandai dengan adanyaalokasi teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, pembagian kerja,produksi, dan ganjaran. Manusia membutuhkan kondisiimperative (keterpaksaan), yaitu adanya suatu tingkatsuperordinasi atau subordinasi atau berbagai aturan dalamhubungan manusia. Kemudian masyarakat berada di tengah-tengah kondisikelangkaan, yang menyebabkan adanya perbedaan distribusi barangdan nilai. Dengan demikian timbullah deprivasi (perampasan) yangsifatnya relative.Dalam konteks “ketidakpastian” manusia ditunjukkan kenyataansemua usaha manusia bahwa, betapa pun ia merencanakan denganbaik dan melaksanakannya dengan seksama, ia tetap tidak terlepasdari kekecewaan. Dalam usahanya, manusia melibatkan emosi yangtinggi sehinggi kekecewaan ini akan membawa luka yang dalam.Dalam dunia teknologi modern pun, yang penuh denganperhitungan, keberuntungan tetap merupakan suatu berkat dariketidakpastian.Dalam konteks “ketidakmungkinan” ditunjukkan bahwa semuakeinginan tidak dapat terkabul. Kematian, penderitaan, kecelakaan,dan seterusnya, itu semua menandai eksistensi manusia.Pengalaman manusia dalam konteks “ketidakmungkinan”membawanya ke luar dari situasi perilaku sosial dan batasan culturaldari tujuan dan norma sehari-hari. Resep-resep sosial dan kulturaltidak memiliki kelengkapan total sebagai penyediaan “mekanisme”penyesuaian. Kedua hal ini menghadapkan manusia pada kondisi“titik kritis” dengan lingkungan perilaku sehari-hari yang berstruktur.Maka dari semua peristiwa ini, yang ada hanya “doa dan harapan”.Doa dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubunganantara manusia dengan Tuhannya dan antara manusia denganmanusia. Proses hubungan ini lebih lanjut dapat diartikan memohonpertolongan, mengingat, meminta perlindungan, mendekatkan diri(silahturami dengan manusia, taqarrub dengan Tuhan).3.3 Harapan TerakhirDalam hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yangberagam baik itu masalah positif maupun negative. Untukmenghadapi persoalan hidup tersebut manusia perlu belajar dari manusia lainnya baik formal maupun informal agar memilikikehidupan yang sejahtera menurut Aristoteles, hidup dan kehidupanitu berasal dari generation spontanea, yang berarti kehidupan ituterjadi dengan sendirinya. Kebutuhan manusia terbagi ataskebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Ada yang dalampandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawinamun juga ada yang sebaliknya. Terkait dengan tingkat kesadarankehidupan beragama, manusia akan semakin yakin bahwa merekaakan mati. Dunia serba gemerlap hanya akan ditinggalkan dan akanhidup abadi di alam akhirat.Dengan pengetahuan serta pengertian agama tentang adanyakehidupan abadi di akhirat, manusia menjalankan ibadahnya. Ia akanmenjalankan perintah Tuhan melalui agama, serta menjauhkan diridari larangan yang diberikan-Nya. Manusia menjalankan hal itukarena sadar sebagai makhluk yang tidak berdaya di hadapanTuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkannyademi kehidupan yang abadi di akherat karena tahu bagaimanaberatnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga.Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapanterakhir manusia.
Kesimpulan Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supayasesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud.Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang matisebelum waktunya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yanghendak kita raih dan terpampang di muka. Hampir sama denganvisi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaanyang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hiduptanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnyadia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di mulut sajatetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah kecenderungan batinuntuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatumenjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kitaberpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraihsesuatu yang lebih baik.Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatanuntuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkanjalan keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yanglebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagaiperlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderungpasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif.Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul denganmanusia lain, yaitu: dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.Dalam setiap harapan juga terdapat yang namanyakepercayaan, baik itu percaya terhadap diri sendiri, orang lain,pemerintah, atau Tuhan, karena kepercayaan dapat membantu kitauntuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha ataubekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akanmempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yangbesar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsurdalam, yaitu berdoa. SaranDalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyaiharapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapantersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidupkita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus memberikandorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaikdalam setiap pekerjaan.Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaankepada Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang,diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengantetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidakmerugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mentalkita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidakmembuat kita putus asa untuk terus mencoba.




                                               










DAFTAR PUSTAKA
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 1989.Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Offset.1988.http://gegehare.blogspot.com/2011/04/ilmu-budaya-dasar-bab-9-manusia-dan.htmlhttp://ibdjk.blogspot.com/2013/01/makna-harapan.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Harapanhttp://mahisaajy.blogspot.com/2011/05/persamaan-harapan-dan-cita-cita.htmlhttp://skyrider27.blogspot.com/2010/06/manusia-dan-harapan.html


0 komentar:

Post a Comment